Kamis, 20 Oktober 2011

hari terjadinya kota pontianak


PASANG: Air pasang membuat berbagai aktivitas terganggu. Apalagi saat air pasang kemarin belum surut total, sudah disusul hujan. MUJADI/PONTIANAK POST
PONTIANAK--Badan Meteorologi dan Geofisika Supadio Pontianak memprediksi ada 25 kecamatan di Kalimantan Barat yang terancam banjir. Ini terjadi karena curah hujan pada November di atas 180 milimeter dengan rata-rata 11 hari hujan. Berdasarkan hasil pencitraan satelit, 25 daerah yang diprediksi akan kebanjiran itu adalah Batu Ampar, Bengkayang, Bunut Hilir, Bunut Hulu, Embaloh Hilir, Embaloh Hulu, Kembayan, Mandor, Mempawah Hilir, Mukok, Nanga Pinoh, Ngabang, Putusibau, Sambas, Sejangkung, Selakau, Selimbau, Semitau, Serawai, Silat Hilir, Silat Hulu, Tayan Hilir, Tayan Hulu, dan Tebas.

“Ini wajar. Kalbar masuk dalam equator type, setahun dua puncak curah hujan. Biasanya April atau November. Imbasnya akan menimbulkan banjir,” kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMG Supadio Pontianak Hazaim kepada Pontianak Post, Senin (17/11). Ia mengatakan, banjir berpeluang terjadi merata pada semua daerah. Selain di perhuluan, banjir juga mengancam kawasan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang air laut. Intensitas hujan diperkirakan mencapai puncaknya pada Desember. Pada akhir tahun rata-rata akan terjadi 18-24 hari hujan dengan curahnya di atas 300 milimeter.

Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menyebutkan rata-rata ketinggian gelombang di laut mencapai setengah meter. Kondisi ini biasanya terjadi di perairan Sambas dan Ketapang. “Untuk sementara tinggi gelombang di perairan laut masih normal,” ungkap Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak Tejo Aristono.
Ia menambahkan, kawasan laut masih aman untuk pelayaran. Namun nelayan tradisional harus berhati-hati melaut. “Cuaca tidak bisa ditebak. Kalau angin di laut kencang, gelombang bisa mencapai satu meter, bahkan lebih,” kata Tejo mengingatkan.

Untuk perairan Sambas, angin berhembus dari arah utara. Di perairan Ketapang, angin dari arah barat. Pihaknya terus melakukan pemantauan perubahan tinggi gelombang laut. “Setiap pekan terus dipantau. Hasilnya kami berikan kepada masyarakat, terutama nelayan,” ujar Tejo. Pihaknya juga menjalin kerjasama dengan Radio Pantai Distrik Navigasi Pontianak untuk menyebarkan informasi gelombang laut. Siaran ini dapat diakses oleh seluruh nelayan yang memiliki radio single side band. Ada lima wilayah perairan yang dipantau stasiun meteorologi maritim, di antaranya Perairan Natuna yang arah bergerak dari barat laut menuju timur laut dengan kecepatan 9-21 knot. Cuaca di perairan ini hujan dengan tinggi gelombang laut berkisar 1,3-2,1 meter.

Di Perairan Sambas, tinggi gelombang mencapai 1,8 meter dengan kecepatan angin sekitar 8-20 knot yang bergerak dari barat laut menuju timur latu. “Mayoritas cuaca di perairan itu akan hujan,” kata Tejo.  Tingginya gelombang laut akan berimbas pada terlambatnya pasokan kebutuhan bahan pokok dari luar Kalbar. “Harus ada antisipasi dari pemerintah. Tinggi gelombang ini akan membuat sejumlah bahan pokok yang didatangkan dari Jawa. Jangan sampai terjadi kelangkaan, karena berimbas pada kenaikan harga secara spontan,” kata Anggota DPRD Kalbar Michael Yan Sriwidodo.

Ia juga meminta pelaku usaha untuk mengantisipasi kemungkinan telatnya pasokan kebutuhan bahan pokok tersebut. Michael meminta agar tidak menimbun bahan-bahan kebutuhan tersebut. “Jangan bertindak yang merugikan masyarakat,” katanya.  Sejumlah ruas jalan protokol di Kota Pontianak mulai tergenang air setinggi 10-30 sentimeter yang disebabkan meluapnya Sungai Kapuas. Air mulai pasang sejak pukul delapan pagi. “Air juga sudah masuk ke rumah,” kata Dedy, warga Jeruju. Sejumlah sekolah juga mulai tergenang air. Kendati begitu, pihak sekolah belum berniat meliburkan siswanya. Jalan di sepanjang Tanjungpura, Imam Bonjol, Gajahmada, Ahmad Yani, Kom Yos Sudarso, Veteran tergenang air hingga selutut orang dewasa. Kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut mesti bergerak perlahan. (mnk/go)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar